Sabtu, 03 Januari 2015

The Révèter



Judul  : The Révèter

Penulis : Frida Kurniawati (@kimfricung)

Penerbit : Elf Books

Terbit : Mei 2013

Tebal : 236 halaman

Harga : Rp40.000,00




“Révèter? Mengelola mimpi? Yang benar saja!

Awalnya Hydra tidak percaya saat Radon dan Calsina memberi-tahu tentang jati dirinya. Tetapi ketika mengingat kepergian kakek dan neneknya yang misterius, mau tak mau, Hydra percaya juga.

Namun, Hydra ternyata buka Révèter biasa. Sebagai keturunan ke-2562 leluhur Révèter, Hydra mewarisi sebuah kalung yang di-sebut Convoera.

Akankah permusuhan antara pengikut Auri dan Argento akan terhenti? Sementara tidak semua pihak menginginkan per-damaian tersebut.

Semua tergantung pada usaha Hydra untuk menemukan pemilik pasangan kalung Convoera sebagai syarat perdamaian.”


***!!! SPOILER ALERT !!!***


Cerita berawal ketika seorang gadis remaja bernama Hydra terbangun di pagi Natal setelah bermimpi aneh di sebuah Hutan Pinus. Kemudian Hydra mendapati kaus kaki Natalnya berisi sebuah runjung pinus. Hari Natal itu menjadi hari yang mengejutkan baginya. Setelah memberi kado kepada Hydra dan Oxy, adiknya, Kakek dan Nenek Hydra mendadak lenyap. 

“Hydra hanya membelalak dengan mulut menganga, memandangi kepala Kakek dan Nenek mulai meleleh, tersisa rambut abu-abu mereka yang tertutup topi rajut, hingga menghilang sepenuhnya.” - hal. 20
Sejak hari itu, pandangan Hydra mengenai mimpi, asal-usul, dan keluarganya mulai berubah. Melalui runjung pinus tersebut, Kalung (hadiah Natal yang ia dapat), dan buku (hadiah Natal yang diberikan kepada Oxy), Hydra mengetahui kemungkinan bahwa dirinya adalah seorang Révèter. Kemungkinan itu berubah menjadi kepastian ketika dua orang kakak beradik menculiknya saat dia pulang sekolah.
Di tempat lain, seorang laki-laki remaja tertidur di kelas saat pelajaran Sejarah berlangsung. Sebagai hukumannya, Zinco harus membuat karya ilmiah tentang legenda The Révèter yang bersumber dari sebuah buku tua. Tugas itu membawanya pada kenyataan bahwa hidupnya berkaitan dengan legenda itu. Bagaimana tidak? Kalung liontin milik Zinco menjadi sebuah barang yang amat penting dalam legenda para Révèter tersebut. Bersama temannya yang maniak Sejarah, Tory, Zinco pun mulai mencari tahu lebih banyak tentang sejarah The Révèter dan Kalung Convoera—Kalung Pemanggil miliknya.
“Menurut buku ini, 8000 tahun silam, hanya ada dua orang yang memilikinya, yaitu leluhur para Révèter. Mereka adalah Argento dan Auri, dua orang kakak beradik yang memiliki kemampuan mengelola mimpi—“ - hal. 28

Saat membaca blurb buku ini, yang terlintas di otakku adalah Lucid Dream. Yah, Lucid Dream adalah ketika kita sadar dalam mimpi. Eh? Bagaimana ya jelasinnya? Lucid Dream itu ketika kita sadar kalau kita sedang ada di dunia mimpi dan kita punya kuasa penuh atas mimpi kita saat itu. Wah, pasti senang ya. Kita bisa melakukan apa saja dan pergi kemana saja sesuka hati kita. Tapi kekurangannya, itu cuma di dunia mimpi! (*sakiiit). Cara agar kita mengalami LD ketika tidur sih bisa disengaja maupun tidak disengaja. Aku sudah beberapa kali mencoba dengan sengaja tapi jarang berhasil >,<. Eh, tapi LD bisa masuk ke mimpi orang lain tidak ya? Seperti Spongebob yang masuk ke mimpi Squidward.

Oleh karena itu, aku jadi semangat untuk membaca The Révèter, apalagi genre-nya Fantasi dengan sedikit romance. Idenya menarik. Penulis menggunakan sudut pandang dari beberapa tokoh. Entahlah, sejak aku mengikuti seri The Heroes of Olympus, aku jadi suka sama sudut pandang model beginian. Secara morfologi (?), menurutku sudah bagus. Rapi dan jenis font-nya tidak membuat mataku juling. Gambar covernya juga menarik, bahkan ada temanku cewek yang menyebutnya “unyu”. Ukurannya yang minimalis membuatku tidak ragu untuk menentengnya kemana-mana (Lalu ingat masa lalu ketika aku membawa The House of Hades ke sekolah dan orang-orang melirikku tajam >,<).

Penulis merangkaikan kalimat-kalimatnya dengan apik. Deskripsinya juga indah. Meskipun ada beberapa kalimat yang panjang dan agak njilmet.
“Ia memandang wajah kakaknya, yang memang seperti yang Radon katakan tadi ketika mengantarnya masuk ke kamar, yaitu bahwa wajahnya sama sekali tak menampakkan kedamaian layaknya orang yang sedang tidur pulas.” - hal. 162.
Kalau kakaku bilang bahasa di novel ini seperti novel terjemahan.  But it was fine for me. Oh, mungkinkah itu karena aku sudah terbiasa membaca novel terjemahan? 

Di blurb novel tersebut tertulis “...Semua tergantung pada usaha Hydra untuk menemukan pemilik pasangan kalung convoera sebagai syarat perdamaian.” Tetapi nyatanya peran Hydra dalam penemuan pemilik pasangan kalung tersebut sangat minim. Bukan Hydra yang menemukan malah. Karakter Hydra juga terlalu percaya kepada orang lain. Oh, bisa-bisanya dia langsung percaya kalau si penculik ada di pihak yang benar dan bersedia menginap di rumahnya, serta melupakan adiknya. Hydra baru teringat adiknya pada malam harinya. Hydra juga kurang memanfaatkan peluang. Ketika suara-suara di Vainsalle menyuruhnya untuk menyatuka kedua Kalung Convoera, kenapa tidak langsung ia lakukan? Bukankah itu tujuan dari pencarian kedua pemilik kalung ini? TokohAh, tapi aku mengerti. Kalau tidak begitu, cerita The Révèter tidak akan seseru ini! ^_^ 

Aku suka Oxy. Kasihan dia sering ditinggal sendirian. Aku tak mengerti kenapa Oxy tidak diajak saja ke rumah si peculik Hydra sejak awal. Dia kan adik Hydra sendiri, Hydra tidak merahasiakan identitasnya sebagai Révèter kepada Oxy. Toh, pada akhirnya, mereka tidak merahasiakan hal terburuk di dunia mimpi yang terjadi pada Hydra. 

Endingnya mengejutkan (tapi aku sudah menebak-nebak sih *ngeles) dan memuaskan. Aku salut dengan pengorbanan Ayah Radon. Oh iya, masalah hubungan Leony dan Radon, belum dijelaskan kenapa Leony begitu percaya dirinya menganggap Radon sebagai pacarnya. Mungkin waktu itu Leony merasa diberi harapan ketika Radon menemukannya. Duh, Radon jangan jadi PHP gitu dong... XD

Aku kasih 4,5 bintang karena buku ini sangat minim typo, aku hanya menemui satu salah ketik, yaitu di halaman 210.

“Happiness can be found, even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the light.” ― Steve Kloves

“When you have lost hope, you have lost everything. And when you think all is lost, when all is dire and bleak, there is always hope.” ― Pittacus Lore


Teruslah bermimpi, tumbuhkan harapan dalam hati!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harry Potter - Delivery Owl