Jumat, 02 Januari 2015

The Best and Unforgettable Moments in 2014


Tahun 2014 sudah  berakhir dan di tempat baru inilah, perjuanganku dimulai kembali. Doakan aku, Ibu!




Tak terasa kita telah berada di awal tahun 2015. Jika menengok kembali ke belakang, ada banyak momen suka maupun duka selama tahun 2014 ini. Banyak hal indah dan buruk yang telah kulalui bersama keluarga dan teman-teman.

Awal tahun 2014 adalah saat aku memasuki semester akhir di kelas XII. Itu artinya, Ujian Nasional sudah dekat, tetapi aku masih ingin mengikuti lomba karena sebelumnya belum ada lomba yang berhasil aku menangkan. Jadi, aku ikut Kuis KiHajar yang diselenggarakan oleh Pustekkom. Mekanismenya adalah aku menjawab soal-soal setiap hari melalui internet. Aku sempat frustasi karena belum bisa menjadi peserta terbaik di tingkat provinsi (hanya peserta peringkat satu yang berhak maju ke babak selanjutnya). Aku bersyukur karena ada ibuku yang selalu mendukung dan menyemangatiku. Tanpa disangka, lima belas peserta terbaik dari tiap provinsi ternyata berhak untuk lanjut ke babak selanjutnya. Aku senang karena aku peringkat enam waktu itu. Akhirnya, aku meluncur ke Semarang bersama ayah dan ibu untuk mengikuti lomba tersebut. Demi orang tuaku yang sudah bersusah payah sehingga aku bisa ke Semarang, aku mengerjakan semua soal dengan sebaik mungkin. Saatnya pengumuman, aku berhasil menjadi Juara II. Akhirnya aku bisa membuat orang tuaku tersenyum bangga. 




Ujian Nasional semakin dekat, para murid semakin rajin belajar, khawatir tidak bisa mengerjakan soal-soal UN. Tentunya belajar saja belum cukup, berdoa kepada Tuhan akan memudahkan jalan kita menuju tujuan yang ingin dicapai. Beberapa hari sebelum UN, aku kaget karena ternyata mulai beredar tawaran kunci jawaban. Para murid yang berminat diharuskan membayar sebesar Rp50.000,00 dan membawa smartphone-nya ketika UN berlangsung. Ah, aku ditawari untuk membelinya. Aku berpikir apakah pantas seorang murid SMA masih bertindak curang dalam ujian. Ini juga tentang kepercayaandiri, apakah aku percaya aku mampu menaklukkan soal-soal UN? Ya, aku harus yakin! Aku sudah belajar selama tiga tahun di SMA dan berdoa dengan tulus, tidak seharusnya diakhiri dengan tindakan curang. Aku mencoba ikhlas. Biarlah mereka dengan kunci jawaban mereka sedangkan aku mengandalkan hasil belajarku dan, insya Allah, bantuan dari Allah. Alhmdulillah, meskipun tidak menggunakan kunci jawaban, nilai ujianku lebih besar dari mereka. Hari itu, ibu tersenyum bangga melihat anaknya dipanggil ke atas podium sebagai peraih nilai UN tertinggi di sekolah.

Pencapaian terbesarku di tahun ini adalah diterima di salah satu universitas terbaik di Indonesia, Universitas Diponegoro. Ya, saat ini aku sedang menjalani masa kuliah sebagai Mahasiswa Jurusan Informatika 2014. Ah, aku tidak pernah menyangka, aku yang berasal dari desa ini mampu bersaing di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Aku lebih bersyukur lagi karena statusku sebagai penerima Beasiswa Bidikmisi.




Alhamdulillah. Terima kasih, Ayah. Terima kasih, Ibu. Berkat restu mereka, tahun 2014  menjadi tahun yang penuh rahmat dan berkah. Tak akan kusia-siakan segala pengorbanan mereka. Mulai dari universitas ini, aku berjuang untuk menggapai cita-citaku, untuk membahagiakan orang tuaku. Tak akan kubiarkan mereka bersedih. Senyum mereka adalah kebahagiaanku karena aku melihat surga dalam senyum ayah dan ibu.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman: 13)


2 komentar:

  1. Wah, selamat yaaa atas kelulusan UN-nya dan selamat jadi mahasiswa UNDIP! :)

    BalasHapus
  2. Terima kasih. Benar-benar butuh perjuangan untuk masuk UNDIP. Alhamdulillah, setelah sudah masuk pun, perjuanganku belum selesai.. :')

    BalasHapus

Harry Potter - Delivery Owl